GANTI FONT BLOG INI!

Medis Membedah Puasa

Pendahuluan
Sudah jamak diketahui bahwasanya urgensi puasa, puasa Ramadhan khususnya, begitu dalam bagi umat muslim. Dipandang dari sisi manapun, puasa mempunyai makna yang sangat mendasar bagi kemaslahatan kehidupan. Jelas sekali mengapa Allah swt. mewahyukan tuntutan teruntuk umat Muhammad SAW yang termaktub dalam firman-Nya :

يأيها الذين أمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqoroh : 183).
Hal senada juga diungkapkan oleh Rasulullah swt. dalam haditsnya "صُومُوا تَصِحّوا”. Dalam hal keistimewaan, Imam Al-Ghozali ikut urun pendapat perihal puasa: “telah banyak kita ketahui bahwa kesabaran adalah sebagian daripada iman manusia, seperti yang telah diungkapkan oleh baginda Rosul. Dan perlu diketahui juga nilai puasa itu sebenarnya mengandung setengah dari makna kesabaran, kesabaran yang pahalanya tak terbatas “hanya” sepuluh kali lipat, sabar dalam menahan segala jenis nafsu, puasa adalah seperempat dari iman.”

Puasa Dalam Tataran Medis
Dewasa ini, ambiguitas mengenai makna puasa perlahan mulai terkikis. Puasa yang dulunya dianggap beban oleh sebagian kalangan, saat ini mulai terbaca segala rahasia yang turut mengiringinya, salah satunya dalam segi medis (kedokteran). Mendengar ungkapan rasul di atas, semestinya patut kita telisik kandungan yang tersembunyi di dalamnya. Apa benar puasa menjadikan sehat? Padahal puasa sendiri adalah mengurangi kadar makanan yang kita konsumsi tiap harinya, dan yang kita ketahui, untuk mendapatkan tubuh sehat segala suplemen tubuh haruslah dipenuhi, dengan makan tentunya. Allah pun telah jelas-jelas memerintahkan hal tersebut dalam firman-Nya "كلواواشربوا..". Lantas, mengapa Allah sendiri menganjurkan “mengurangi jatah makan” kita?

Nabi Muhammad pernah bersabda: "Barangsiapa yang berani mengosongkan perutnya, maka dengan otaknya dia akan menghasilkan sesuatu yang besar..". Menilik semua ungkapan Nabi tersebut jelas-jelas bahwa puasa bukan “hanya” mampu menghentikan segala laju nafsu, tapi ada keistimewaan lain yang belum diungkap.

Imam Al-Ghozali mengungkap sedikit tabir berkaitan hal itu, dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin. Beliau menuturkan: “kadang kita tidak tahu bahwa makanan yang kita konsumsi sehari-hari sebenarnya berlebih. Setiap kita makan pasti ada sisa makanan yang berlebih, semakin hari semakin menumpuk di dalam tubuh. Penumpukan segala campuran makanan di dalam lambung tersebut dapat menyebabkan gangguan pencernaan di usus besar.” Hal itu jika dibiarkan berlarut-larut akan mengganggu proses pencernaan tubuh kita. Dengan puasa, sisa-sisa makanan tersebut akan dioptimalkan menjadi sumber gizi yang bermanfaat. Disamping itu puasa juga membersihkan sisa-sisa makanan yang tidak terpakai. Dr. Widodo Judarwanto, salah satu pakar kesehatan Indonesia, mengungkapkan, jumlah sel yang mati dalam tubuh mencapai 125 juta per detik. Namun yang lahir dan meremaja lebih banyak lagi. Saat melakukan puasa terjadi perubahan dan konversi yang massif dalam asam amino yang terakumulasi dari makanan. Sebelum didistribusikan dalam tubuh terjadi format ulang, sehingga memberikan kesempatan tunas baru sel untuk memperbaiki dan merestorasi fungsi dan kinerjanya. Pola makan saat puasa dapat mensuplai asam lemak dan asam amino penting saat makan sahur dan berbuka. Sehingga terbentuk tunas-tunas protein , lemak, fosfat, kolesterol dan lainnya untuk membangun sel baru dan membersihkan sel lemak yang menggumpal di dalam hati.

Keuntungan rohaniah juga turut tergambar dalam puasa. Salah satunya adalah Kasr al-syahwat (meredamkan nafsu syahwat), dan ini mempunyai andil besar dalam tataran medis. Maksiat, yang notabene-nya muncul karena adanya syahwat dan kekuatan tubuh, hanya bisa timbul karena adanya sumber yang menyokongnya, yaitu makanan. Jadi, dengan menghentikan sementara laju makanan, secara langsung berdampak pada kencangnya keinginan maksiat. “karena kebahagian yang sesungguhnya adalah ketika seseorang dapat memiliki dirinya sepenuhnya mengendalikan dirinya”, komentar Imam Ghozali dalam sebuah karyanya.

Dr. Widodo Judarwanto menambahkan, keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah rterial dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

Penutup
Setelah menelaah hal di atas, hikmah yang terselubung di balik puasa secara rahaniah ternyata mempunyai tali kaitan dengan tataran kesehatan. Yang perlu kita tekankan dalam memahami esensi puasa sebenarnya hanya berdasarkan hadits nabi ”"صُومُوا تَصِحّوا. Hadits tersebut memuat pelbagai rahasia puasa dalam segi lahiriah maupun batiniah. Rahasia mukjizat kesehatan yang dijanjikan dalam berpuasa inilah yang menjadi daya tarik ilmuwan untuk meneliti berbagai aspek kesehatan puasa secara psikobiologis, imunopatofisilogis dan biomolekular.

oleh: M. Mu’afi Himam
Share this article :
 
 
Support : Dimodifikasi oleh | masmuafi |
Copyright © 2013. MEDIA FAS MESIR - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger