Hanya 15 menit yang digunakan penceramah pertama, Sdr. Irhas Darojat, dari total waktu 20 menit yang diberikan moderator, Sdr. Nur Ihsan Mabrur. Meskipun elaborasi yang disampaikan hanya 15 menit tapi materi yang disampaikan cukup memuaskan.
Materi yang disampaikan penceramah berkutat pada persoalan-persoalan klasik, sebagaimana yang telah banyak diuraikan dalam buku-buku tradisional pesantren. Menurutnya, ada 4 kriteria orang mendapatkan keringanan untuk tidak melakukan puasa di bulan Ramadlan. Pertama, musafir atau orang bepergian dengan memenuhi syarat-syaratnya. Kedua, orang sakit. Ketiga, usia lanjut. Keempat, wanita hamil atau sedang menyusui.
Sebelum masuk pada dialog interaktif, pembicara juga menyinggung hukum bolehnya mengambil rukhshah seorang atlit sepak bola maupun olah dan atlit-atlit lain, dengan mengacu pada fatwa Majma' Buhuts al-Islamiyyah, Mesir, dan ulama-ulama Eropa. "Namun fatwa ini ditentang oleh Syeikh Utsaimin, Saudi Arabia. Seharusnya para atlit mencari pekerjaan lain yang lebih layak. Tidak boleh melakukan rukhshah" kutipnya, dengan mengacu pada fatwa ulama wahabi, Saudi Arabia.
Pembicara kedua, Sdr. Sholehan Labib membicarakan seputar lailatul qadar. Karena menurutnya dalam ceramah kali ini tidak mempunyai persiapan samasekali, maka beliau hanya berharap, malam ini, dimana FAS Mesir tengah melakukan agendanya adalah malam lailatul qadar. "Inilah malam yang yang kita tunggu-tunggu" tuturnya.
Banyaknya pertanyaan persoalan-persoalan baru dari Agus Salim Lc. Nurul Ahsan, Nasir Abdillah dan Sholeh taufik menunjukkan bahwa audient begitu antusias mengikuti agenda ini. Kemudian, disamping pertanyaan dijawab oleh pembicara, dua Pembina FAS, Ust. Machmudi Muhshon MA. dan Ust. Aniq Munir Lc. juga memberikan beberapa tambahan mengenai problematika kontemporer yang dihadapi umat Islam saat ini. Acara berakhir khidmat dan ditutup dengan do'a.
Reporter: Nurul Ahsan.