Namun bukan berarti kemajuan teknologi dijaman yang kita rasakan sekarang ini juga memberikan kemajuan bagi kehidupan spiritual manusia. Kenapa demikian? Karena kita masih sering menyaksikan baik secara langsung atau dimedia massa perbuatan kriminalisme dimana-mana.
Mungkin tak hanya itu, kenakalan remaja pun masih merupakan masalah yang belum juga terselesaikan. Dan yang kelihatannya menarik untuk diungkap adalah seseorang yang tidak tahu apa yang semestinya ia kerjakan dikarenakan kekosongan pikiran. Adanya hal-hal semacam ini membuktikan bahwa kemajuan teknologi belum tentu merupakan kemajuan spiritual manusia.
Lantas langkah apakah yang akan kita tempuh untuk membenahi kehidupan rohani kita?.
Seseorang yang sedang melakukan kemaksiatan tentu tidak ingat Allah SWT. Karena kalau ia ingat kepada Allah , yakin kepada Allah, dan percaya akan ancamannya, maka ia pasti takut untuk melakukan maksiat. Kemudian ketika seseorang merasa hatinya gelisah dan gelap gulita, maka bisa dipastikan kalau ia lalai mengingat atau dzikr kepada Allah SWT. Karena siapapun orangnya ketika iman sudah tertancap dihatinya maka ia akan merasa tenang saat dzikr pada Allah SWT. Dari sini penulis menganalisa dan memvonis bahwa munculnya kemaksiatan dan kegelisahan karena lalai mengingat atau dzikr pada Allah SWT.
Berbicara tentang dzikir akan sangat luas sekali jangkauannya bak lautan yang tak bertepi. Banyak sekali ayat, hadits, atau aqwal ulama yang menjelaskan dzikr dan keutamaannya. Maka penulis mencoba mengkaji dzikr dan kaitannya dengan hati.
Secara etimologi dzikr adalah ingat. Sedangkan kata dzikr sendiri sering diartikan sebagai lafadz-lafadz yang dianjurkan untuk memperbanyak membacanya, seperti: al bâqiyât al shâlihât, hauqalah, hamdalah, basmalah, istighfar, dan shâlawât. Imam Atha’ mengatakan: “ majlis dzikr adalah majlis halal haram, cara transaksi dan interaksi “. Sedangkan Ibnu Hajar mengatakan: “ majlis dzikr adalah majlis segala sesuatu yang merupakan ketaatan pada Allah SWT. Dan yang mengatakan majlis halal haram, berarti ia hanya memandang bagian dari dzikr saja “.
Rasulullah menganalogikan orang yang dzikr dan yang lalai dari Allah ibarat orang yang hidup dan mati. Imam Bukhary dalam kitab Shahihnya meriwayatkan dari Muhammad bin Ala’:
Al Dzakir atau orang yang dzikr diibaratkan bagai orang yang hidup, atau hidup hatinya. Karena ia bisa mengambil manfaat dari hatinya. Hati merupakan sopir yang menjalankan seluruh anggota badan. Dengan hidupnya hati, maka seluruh anggota badan akan ada dijalan yang benar, dan akan menimbul tindakkan yang baik. Ketika hati seseorang hidup, ia mudah dalam memahami kekuasaan Allah, mendekatkan diri, dan mendapat hidayah dari Allah SWT. Sementara orang yang tidak dzikr pada Allah diibaratkan orang yang mati atau mati hatinya. Karena ia tidak bisa apa-apa dan tidak bisa mengambil manfaat dari hatinya. Sehingga hatinya dipenuhi dengan kegelisahan, dan akan terjangkit berbagai virus yang dapat merusak hati. Lalu bagaimana hati bisa dekat kepada Allah, bagaimana hati bisa menerima ilmu Allah. Sementara hati kondisinya demikian. Rasulullah SAW bersabda:
Dalam menganalisa hadits ini, Imam Ghazaly berpendapat walaupun hadits ini menjelaskan pada sesuatu yang dlohir tetapi menyimpan pesan pada sesuatu yang bathin. Sisi bathin ini adalah bahwa malaikat tidak akan menyampaikan ilmu pada hati manusia selama dihatinya masih ada gambar atau bentuk kemaksiatan, dan selama dihatinya masih ada anjing iri hati, riya’ dan nifaq. Padahal yang menyampaikan ilmu kehati manusia adalah malaikat.
Semoga Allah SWT. senantiasa menjaga hati kita. Sehingga kita semua merupakan orang-orang yang mendapatkan ridlonya.
Ditulis oleh: Sholeh Taufiq
Lantas langkah apakah yang akan kita tempuh untuk membenahi kehidupan rohani kita?.
Seseorang yang sedang melakukan kemaksiatan tentu tidak ingat Allah SWT. Karena kalau ia ingat kepada Allah , yakin kepada Allah, dan percaya akan ancamannya, maka ia pasti takut untuk melakukan maksiat. Kemudian ketika seseorang merasa hatinya gelisah dan gelap gulita, maka bisa dipastikan kalau ia lalai mengingat atau dzikr kepada Allah SWT. Karena siapapun orangnya ketika iman sudah tertancap dihatinya maka ia akan merasa tenang saat dzikr pada Allah SWT. Dari sini penulis menganalisa dan memvonis bahwa munculnya kemaksiatan dan kegelisahan karena lalai mengingat atau dzikr pada Allah SWT.
Berbicara tentang dzikir akan sangat luas sekali jangkauannya bak lautan yang tak bertepi. Banyak sekali ayat, hadits, atau aqwal ulama yang menjelaskan dzikr dan keutamaannya. Maka penulis mencoba mengkaji dzikr dan kaitannya dengan hati.
Secara etimologi dzikr adalah ingat. Sedangkan kata dzikr sendiri sering diartikan sebagai lafadz-lafadz yang dianjurkan untuk memperbanyak membacanya, seperti: al bâqiyât al shâlihât, hauqalah, hamdalah, basmalah, istighfar, dan shâlawât. Imam Atha’ mengatakan: “ majlis dzikr adalah majlis halal haram, cara transaksi dan interaksi “. Sedangkan Ibnu Hajar mengatakan: “ majlis dzikr adalah majlis segala sesuatu yang merupakan ketaatan pada Allah SWT. Dan yang mengatakan majlis halal haram, berarti ia hanya memandang bagian dari dzikr saja “.
Rasulullah menganalogikan orang yang dzikr dan yang lalai dari Allah ibarat orang yang hidup dan mati. Imam Bukhary dalam kitab Shahihnya meriwayatkan dari Muhammad bin Ala’:
مثل الذي يذكر ربه والذي لايذكر ربه مثل الحي والميت
Al Dzakir atau orang yang dzikr diibaratkan bagai orang yang hidup, atau hidup hatinya. Karena ia bisa mengambil manfaat dari hatinya. Hati merupakan sopir yang menjalankan seluruh anggota badan. Dengan hidupnya hati, maka seluruh anggota badan akan ada dijalan yang benar, dan akan menimbul tindakkan yang baik. Ketika hati seseorang hidup, ia mudah dalam memahami kekuasaan Allah, mendekatkan diri, dan mendapat hidayah dari Allah SWT. Sementara orang yang tidak dzikr pada Allah diibaratkan orang yang mati atau mati hatinya. Karena ia tidak bisa apa-apa dan tidak bisa mengambil manfaat dari hatinya. Sehingga hatinya dipenuhi dengan kegelisahan, dan akan terjangkit berbagai virus yang dapat merusak hati. Lalu bagaimana hati bisa dekat kepada Allah, bagaimana hati bisa menerima ilmu Allah. Sementara hati kondisinya demikian. Rasulullah SAW bersabda:
لاتدخل الملائكة بيتا فيه صورة أو كلب
Dalam menganalisa hadits ini, Imam Ghazaly berpendapat walaupun hadits ini menjelaskan pada sesuatu yang dlohir tetapi menyimpan pesan pada sesuatu yang bathin. Sisi bathin ini adalah bahwa malaikat tidak akan menyampaikan ilmu pada hati manusia selama dihatinya masih ada gambar atau bentuk kemaksiatan, dan selama dihatinya masih ada anjing iri hati, riya’ dan nifaq. Padahal yang menyampaikan ilmu kehati manusia adalah malaikat.
Semoga Allah SWT. senantiasa menjaga hati kita. Sehingga kita semua merupakan orang-orang yang mendapatkan ridlonya.
Ditulis oleh: Sholeh Taufiq